KONTEPILASI UNTUK MENDAPATKAN CINTA


Mengacu pada bacaan-bacaan hari ini, Tuhan juga mengajak kita untuk memiliki cinta sejati kepadaNya, sebuah cinta yang berdimensi “veritas/kebenaran” (figur Elisa), “libertas/kebebasan” (figur Paulus) dan “totalitas/kepenuhan” (figur Yesus) dalam menghayati panggilan sebagai “nabi” (bacaan pertama ), sebagai “anak Allah” dan sebagai “murid Yesus” (Injil).
Adapun 3 kalimat dari Yesus yang bisa kita renungkan supaya kita miliki “veritas-libertas dan totalitas”, antara lain:
1. “Serigala   mempunyai  liang dan burung mempunyai sarang tapi Anak Manusia tidak mempunyai 
     tempat   untuk   meletakkan   kepalanya”:  Ia   mengajak   kita  untuk  “lepas  bebas”,  tidak  lekat 
     / hanyut-larut   pada  kemapanan status dan privilege/fasilitas.
2. “Biarlah  orang  mati  menguburkan orang mati tapi engkau pergilah dan beritakan Kerajaan Allah 
     dimana-mana” :  Ia  mengajak  kita  untuk   selalu  mengutamakan  Tuhan  dan  memiliki  “skala   
     prioritas”, tidak suam suam kuku, tidak setengah-setengah dan tidak menunda-nunda setiap karya 
     baik.
3. “Setiap  orang  yang siap membajak tapi menoleh ke belakang tidak layak untuk Kerajaan Allah”:  
     Ia  mengajak kita untuk mempunyai “kualitas”, on track”, selalu berfocus pada tujuan dasar, tidak 
     plin - plan  dan  tidak  mudah diombang ambing oleh tawaran dunia, berhati tegas dan tulus walau 
     kadang ditolak / difitnah /  disingkirkan  karena  sentimen / kelicikan  orang lain.
Marilah kita mengikuti Kristus secara total seperti Santo Petrus dan Paulus Rasul  yang mempunyai semangat “In Omnibus Christi"  yang berarti -Dalam segalanya adalah Kristus -
Inilah salah satu semangat Santo Petrus dan Paulus. Santo Petrus dan Paulus sendiri adalah dua tokoh besar Gereja Perdana yang saling melengkapi: Petrus sebagai paus pertama menjadi kunci stabilitas (dimensi intern Gereja) dan Paulus sebagai misionaris pertama menjadi kunci mobilitas Gereja (dimensi ekstern Gereja).
Ada tiga keutamaan dasar dari St. Petrus dan Paulus, antara lain:
1. Siap berubah
Mereka diajak berubah oleh Tuhan: Simon menjadi Petrus dan Saulus menjadi Paulus. Dari Simon (“pendengar”) menjadi Petrus (“batu karang”), dari Saulus (“penuh doSA dan akal bULUS”) menjadi Paulus (“menyaPA Umat dengan tuLUS”), dari nelayan menjadi pelayan, dari penjala ikan menjadi penjala manusia, dari hamba menjadi sahabat, dari murid menjadi guru, dari orang yang penakut menjadi pemberani, dari pecundang menjadi pahlawan, serta dari karyanya hanya di sekitar bangsa Yahudi berubah menjadi karyanya bagi segala dan seluruh penjuru dunia.
Angelo Roncalli alias Paus Yohanes XXIII juga pernah mengatakan, “Setiap hari adalah panggilan bagi kita untuk berubah, jangan sampai hari-hari kita menjadi menakutkan seakan-akan kita tak dapat menjadi lebih baik lagi.”
2. Siap berbenah
Ketika Yesus ditangkap, Petrus ketakutan. Saat itulah, Petrus berbuat dosa dengan menyangkal Yesus sebanyak tiga kali. Tapi, syukurnya Petrus berbenah: ia bertobat dan menyesali perbuatannya dengan sepenuh hati. Paulus yang dulunya sering menganiaya para murid Yesus juga berbenah: Ia bertobat dan lahir sebagai manusia baru dalam Kristus.
Bisa jadi, Yesus yang sama sedang menatap kita sekarang. Dia berharap bahwa kita juga mau ikut terus berbenah seperti Petrus dan Paulus: mau bertobat - mengeluarkan air mata penyesalan atas dosa-dosa kita dan lahir sebagai manusia baru. Bukankah benar isi sebuah teks yang tertulis pada 'Scala Santa', “semakin kita menangis dan menyesali dosa kita karena menyebabkan kesedihan yang mendalam terhadap Yesus, akan semakin kuat cinta kita akan Yesus.”

3. Siap berbuah
Petrus dan Paulus pergi dari Israel menuju Roma. Roma sendiri adalah pusat seluruh Kerajaan Romawi pada waktu itu. Di sanalah, Petrus dan Paulus berkarya: mewartakan Injil sekaligus mempertobatkan banyak orang. Di akhir hidupnya, Petrus meminta juga agar ia bisa menjalani hukuman mati dengan cara disalibkan, tetapi dengan kepalanya berada di bawah, sebab ia merasa tidak layak menderita seperti Yesus. Ia akhirnya wafat sebagai martir di Bukit Vatikan sekitar tahun 67. Sedangkan Paulus wafat dengan dipenggal kepalanya juga di kota Roma. Wafatnya dua rasul ini membuahkan banyak kekayaan iman: Petrus menjadi Paus yang pertama dan Paulus menjadi Rasul para bangsa. Mereka banyak berkeliling, menulis surat dan memberikan pelbagai nasehat.
Petrus membuahkan karya penggembalaan: “Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian” (1Ptr 5:1-2) dan Paulus membuahkan karya pewartaan: “Tuhan telah mendampingi aku dan menguatkan aku. Ia akan melepaskan aku dari setiap usaha yang jahat. Dia akan menyelamatkan aku” (Paulus, 2Tim 4:17-18). Selamat berhari Minggu. (Hd)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar