Tanpa kita sadari dunia kita semakin materialistis, termasuk
hidup kita sendiri. Setiap saat kepada kita disodorkan dan ditawarkan
gaya hidup materialistis tersebut. Berbagai barang ditawarkan sehingga
kita yang sebenarnya tidak butuh jadi merasa butuh. Karena besarnya
kebutuhan kita, kita merasa perlu bekerja lebih keras, karena bekerja
lebih keras kita tak punya waktu untuk yang lain, termasuk kegiatan
rohani. Begitulah kita mungkin merasa masih beriman, namun dalam
kenyataan kita hanya melakukan kegiatan duniawi dan materialistis. Kita
sebenarnya tak lagi yakin bahwa kita manusia adalah mahluk rohani,
sebagai citra Allah. Kita merasa tak berdaya menyuruh anak-anak kita
untuk kegiatan rohani, karena kita menyuruhnya tanpa keyakinan.
Sebaliknya kita dapat mendorong anak-anak kita untuk sekolah dengan
baik, karena kita yakin tanpa sekolah mereka tak akan bisa bekerja
dengan baik, dan tanpa bekerja dengan baik mereka tak akan memperoleh
cukup materri untuk menjamin hidup mereka. Sementara kita tak yakin
bahwa kegiatan rohani sungguh perlu untuk menjamin hidup mereka. Kita
tak lagi yakin bahwa kekayaan rohani Tuhan sungguh kita butuhkan.
Apakah
kekayaan Tuhan itu? Bacaan pertama -sesuai pemahaman waktu itu memberi
gambaran yang terlalu material. Injil hari ini tidak menyatakan dengan
jelas. Satu-satunya yang muncul adalah para murid diutus untuk
menyatakan: “Damai bagi rumah ini”. Apakah arti damai? Satu hal yang
pasti kita semua merindukan damai, kita hanya sungguh bahagia kalau
hidup dalam damai. Apakah materi yang kita kejar menjamin kita untuk
merasakan damai Tuhan? Dalam kenyataan sebaliknyalah yang terjadi,
materi membuat kita tidak damai, karena kuatir, atau saling iri,
bertengkar untuk memperebutkan. Beberapa fasilitas material yang kita
miliki bukannya mendekatkan, namun malah menjauhkan relasi kita dalam
keluarga.
Jadi apakah kekayaan Tuhan itu? Tak lain adalah PutraNya sendiri Yesus Kristus yang telah memberikan diriNya bagi kita. Bagi semua orang yang dipimpin oleh Kristus dan bagi semua orang milik Allah, turunlah kiranya damai sejahtera dan rahmat. Para murid yang diutus mengalami sendiri hidup bersama Yesus, dalam Dia dan bersama Dia ada damai sejahtera. Kita dapat menjumpai Kristus lewat injilNya. Apakah kita sudah hidup bersama Kristus jalan, kebenaran, dan hidup kita? Jika kita menghayati hidup sehari-hari kita dalam berkeluarga, pergaulan, pekerjaan, sekolah sebagai berjalan bersama Kristus, tentulah kita menyesuaikan langkah kita dengan langkah Kristus, sikap kita dengan sikap Kristus, kata-kata kita dengan kata kata Kristus. Maka pastilah kehadiran kita di berbagai tempat hidup kita membawa damai sejahtera. (Rm. Sad Budi CM)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar