PILIHAN HIDUP MENENTUKAN MASA DEPAN (bagian 1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 Juni 2016 

Baca:  2 Raja-Raja 7:1-20

"Jika mereka membiarkan kita hidup, kita akan hidup, dan jika mereka mematikan kita, kita akan mati. Lalu pada waktu senja bangkitlah mereka masuk ke tempat perkemahan orang Aram."  
2 Raja-Raja 7:4b-5a

Dalam pembacaan firman Tuhan hari ini kita menyimak sebuah percakapan empat orang kusta yang sedang duduk di luar pintu gerbang kota Samaria, yang saat itu sedang dikepung oleh raja Benhadad dari kerajaan Aram.

     Keempat orang kusta berada di luar pintu gerbang kota karena pada waktu itu orang yang sakit kusta dianggap najis dan harus dikucilkan, diasingkan dari masyarakat lainnya.  Kemungkinan besar pengepungan itu sudah berjalan 7 tahun lamanya sehingga menimbulkan kelaparan yang sangat hebat di seluruh negeri.  Akibat kelaparan ini semua orang mengalami penderitaan yang luar biasa karena terbatasnya bahan makanan...kalaupun ada harganya pun selangit:  "...sesukat tepung yang terbaik akan berharga sesyikal dan dua sukat jelai akan berharga sesyikal di pintu gerbang Samaria."  (2 Raja-Raja 7:1).  Bahkan ada ibu-ibu yang sepakat untuk saling memakan anak-anak mereka sendiri, hal itu terpaksa dilakukan karena mereka tidak sanggup menahan laparnya!

     Keempat orang kusta itu sedang dihadapkan pada pilihan hidup yang berat:  apakah memilih untuk tetap duduk-duduk di depan pintu gerbang sampai ajal menjemput, memutuskan untuk nekat masuk kota tetapi akan berakhir dengan kematian karena di kota juga sedang terjadi kelaparan, atau memilih untuk menyeberang ke perkemahan tentara Aram.  Bila mereka memilih pilihan yang terakhir ini ada dua kemungkinan yang terjadi:  mereka akan dibiarkan hidup atau mati terbunuh oleh musuh.  Akhirnya mereka memilih untuk mendatangi perkemahan tentara Aram!  Apa yang mereka pilih adalah yang terbaik dari semua pilihan yang ada.  Dengan penuh pengharapan mereka melangkah menuju perkemahan tentara Aram pada waktu senja.  Apa yang terjadi?  Di luar dugaan perkemahan itu sudah ditinggalkan secara buru-buru oleh tentara Aram:  kuda, keledai, makanan, minuman, emas, perak dan pakaian, ditinggalkannya.  Pilihan hidup yang telah diambil keempat orang kusta itu ternyata membuahkan hasil yang jauh dari dugaan atau prediksi semula!  Andai mereka tetap duduk-duduk di luar pintu gerbang kota dan pasrah kepada nasib, kematian pasti cepat menjemputnya...  (Bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar