Santo-Santa
Kalender Liturgi Forma Ordinaria
Senin, 14 November 2016
Kalender Liturgi Forma Ordinaria
Senin, 14 November 2016
Duns Scotus
lahir di Maxton, Skotlandia pada tahun 1266 dan meninggal dunia di rumah
biara Fransiskan di Koln, Jerman pada 8 Nopember 1308. Imam Fransiskan
ini dikenal sebagai filsuf dan teolog kenamaan pada Abad Pertengahan.
Sumbangannya di bidang filsafat dan teologi sangat besar pengaruhnya
hingga kini. Setelah ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1291, ia
belajar lagi di Universitas Paris dan Oxford hingga meraih gelar doktor
di bidang teologi pada tahun 1305. Setelah itu ia kembali menjadi
mahaguru teologi di Universitas Cambridge, Oxford dan Paris.
Ia
disebut ‘doktor yang tajam dan halus’ dalam pemikirannya dan dalam gaya
bahasa Latin yang digunakannya. Banyak sekali karya filosofis dan
teologisnya. Salah satu yang terkenal ialah 'Opus Oxoniense', sebuah
komentar tentang hukuman mati atas diri Petrus Lombardia (1100-1160). Ia
juga menulis sebuah karangan tentang 'Adanya Allah' dengan judul "De
primo principio".
Tokoh-tokoh besar yang mempengaruhi Duns Scotus
adalah Aristoteles (384-322 Seb. Mas.), Santo Agustinus (354-430),
Avicenna (980-1037), dan Santo Bonaventura (1221-1274). Sebagaimana
filsuf-filsuf besar lainnya di Abad Pertengahan, Duns Scotus pun
mengajarkan bahwa manusia mempunyai dua kemampuan utama: 'intelek dan
kehendak'. Tetapi ia lebih mengunggulkan 'kehendak' di atas 'intelek'.
Dalam masalah inilah ia berbeda dari Santo Thomas Aquinas (1225-1274)
yang lebih mengunggulkan 'intelek' di atas 'kehendak'. Keduanya memang
tidak sependapat di dalam hal ini, namun sama-sama mengakui kemerdekaan
kehendak dan intelek.
Bagi Scotus, kegiatan utama dari kehendak
ialah cinta. Terpengaruh oleh pandangannya itu, maka salah satu tema
teologinya didasarkan pada pandangan Santo Yohanes Penginjil tentang
Allah, bahwa 'Allah itu Kasih'. Bagi dia, cinta merupakan aktifitas
Allah yang paling luhur. Oleh dan di dalam cinta, Allah dengan tindakan
kehendakNya yang bebas menciptakan dan memelihara semua ciptaanNya,
teristimewa manusia.
Karena Scotus menilai teologi sebagai suatu
pengetahuan praktis, maka ia mengajarkan bahwa manusia harus menjawabi
dan menghayati cinta Allah yang dilimpahkan kepadanya.
Dalam rangka itu, Wahyu Allah merupakan norma bagi tindakan manusia.
Dengan mengikuti norma-norma yang diwahyukan, manusia akan mencapai kebahagiaan abadi. Namun menurut pandangannya, kendatipun manusia akan menikmati cinta illahi dan memandang Allah, kebahagiaan abadi itu tercapai lebih karena cinta akan Allah daripada tahu tentang Allah.
Dalam rangka itu, Wahyu Allah merupakan norma bagi tindakan manusia.
Dengan mengikuti norma-norma yang diwahyukan, manusia akan mencapai kebahagiaan abadi. Namun menurut pandangannya, kendatipun manusia akan menikmati cinta illahi dan memandang Allah, kebahagiaan abadi itu tercapai lebih karena cinta akan Allah daripada tahu tentang Allah.
Penyataan cinta Allah yang paling mulia terhadap semua makhluk ciptaan
terutama manusia ialah "peristiwa inkarnasi, penjelmaan Allah menjadi
manusia dalam diri Yesus Kristus." Yesus Kristus adalah pusat dan tujuan
penciptaan, pusat sejarah manusia, dan alam semesta.
Di sinilah terletak titik sentral teologi Scotus. Kecuali itu Duns Scotus dikenal luas sebagai seorang pengajar dan pembela ulung ajaran tentang Maria 'yang dikandung tanpa noda dosa' (Maria Immaculata). Oleh karena itu ia dijuluki 'Doctor Marianus'.
Di sinilah terletak titik sentral teologi Scotus. Kecuali itu Duns Scotus dikenal luas sebagai seorang pengajar dan pembela ulung ajaran tentang Maria 'yang dikandung tanpa noda dosa' (Maria Immaculata). Oleh karena itu ia dijuluki 'Doctor Marianus'.
Bagi Scotus, Maria disebut Bunda
Allah karena ia mengandung dan melahirkan-dengan demikian turut serta
secara aktif dalam karya penebusan umat manusia-Pribadi Kedua dari
Trinitas yaitu Yesus Kristus, Tuhan kita. Oleh karena itu sudah
seharusnya ia diperkandungkan tanpa noda dosa, baik dosa asal maupun
dosa-dosa pribadi.
Bagi Scotus, masalah keperawanan Maria-yang oleh teolog-teolog sebelum Scotus dianggap tak jelas dasarnya-tidak bertentangan dengan dogma tentang dosa asal atau dengan kebenaran bahwa Kristus menebus semua umat manusia.
Bagi Scotus, masalah keperawanan Maria-yang oleh teolog-teolog sebelum Scotus dianggap tak jelas dasarnya-tidak bertentangan dengan dogma tentang dosa asal atau dengan kebenaran bahwa Kristus menebus semua umat manusia.
"Bunda Maria yang
terberkati", katanya, "dibebaskan dari dosa asal dalam kaitan erat
dengan pandangan kita tentang kemuliaan Puteranya". Untuk itu Scotus
menegaskan bahwa Allah mempunyai kuasa untuk melakukan perkandungan
tanpa noda dosa itu atas Maria yang dianggapNya layak mengandung dan
melahirkan PuteraNya yang tunggal.
---
Deo omnis Gloria
Segala kemuliaan bagi Allah.
Sumber: http://www.imankatolik.or.id/kalender/14Nov.html
---
Deo omnis Gloria
Segala kemuliaan bagi Allah.
Sumber: http://www.imankatolik.or.id/kalender/14Nov.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar